IBlog Market

IBX5A43E631671FD

Friday, 3 October 2014

AQIDAH & TAUHID

AQIDAH & TAUHID


Akidah atau tauhid merupakan asas yang paling dasar dalam kehidupan beragama. Dengan tauhid, kehidupan akan mencapai kebahagiaan, tidak hanya di dunia, melainkan juga di akhirat. Keesaan Allah dalam segala hal melahirkan konsekwensi bahwa Allah merupakan pusat kehidupan. Dengan begitu, manusia tidak bergantung dan tergantung pada keunggulan apapun selain Allah. Sikap ini melahirkan kebebasan yang hakiki. Jika seseorang telah memiliki kebebasan hakiki berarti dia telah mendapatkan kebahagiaan yang hakiki pula.
Oleh karena itu, perkara paling utama untuk didahulukan dan harus diberi perhatian yang lebih adalah meluruskan akidah, memurnikan tauhid, memberantas kemusyrikan, mengokohkan benih-benih keimanan dalam hati, sehingga membuahkan amal perbuatan yang diridlai Allah SWT, yang akhirnya selamatlah hidup kita baik di dunia maupun di akhirat.

Pengertian Aqidah
     
       Akidah berasal dari Bahasa Arab :
žعَقَدَ – يَعْقِدُ – عَقِيْدَةً ( جمع = عَقَائِدُ)  
yang berarti mengikat atau membuhul, menyimpulkan, mengokohkan, menjanjikan. Arti menurut bahasa, akidah berarti yang diikat, yang dibuhul, yang disimpulkan, yang dikokohkan, yang dijanjikan (Ensiklopedi Hukum Islam jilid 1 halaman 78).
Akidah menurut istilah adalah unsur-unsur yang harus dibenarkan dengan hati dan diterima dengan rasa puas serta terhujam kuat dalam lubuk jiwa yang tidak dapat digoncangkan oleh keragu-raguan.
Dalam definisi yang lain disebutkan akidah adalah suatu pokok atau dasar keyakinan yang harus dipegang oleh orang yang mempercayainya.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa akidah Islam adalah dasar-dasar pokok keyakinan atau kepercayaan


yang harus diyakini kebenarannya oleh orang Islam. Dasar-dasar tersebut harus dipegang teguh oleh orang Islam. Dalam berakidah tidak boleh setengah hati harus mantap dan sepenuh hati tanpa ada keraguan sedikitpun di dalam hatinya.
Dalam al-Quran kata akidah disebutkan, antara lain dalam QS al-Maidah : 1 yang artinya :
Wahai orang-orang yang beriman penuhilah akad-akad (janji) itu (QS. Al- Maidah / 5 : 1)


Pengertian Aqidah Secara Bahasa (Etimologi) :

      Kata "‘aqidah" diambil dari kata dasar "al-‘aqdu" yaitu ar-rabth(ikatan), al-Ibraam (pengesahan), al-ihkam(penguatan), at-tawatstsuq(menjadi kokoh, kuat), asy-syaddu biquwwah(pengikatan dengan kuat), at-tamaasuk(pengokohan) dan al-itsbaatu(penetapan). Di antaranya juga mempunyai arti al-yaqiin(keyakinan) dan al-jazmu(penetapan).
     "Al-‘Aqdu" (ikatan) lawan kata dari al-hallu(penguraian, pelepasan). Dan kata tersebut diambil dari kata kerja: " ‘Aqadahu" "Ya'qiduhu" (mengikatnya), " ‘Aqdan" (ikatan sumpah), dan " ‘Uqdatun Nikah" (ikatan menikah). Allah Ta'ala berfirman, "Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja ..." (Al-Maa-idah : 89). Aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil keputusan. Sedang pengertian aqidah dalam agama maksudnya adalah berkaitan dengan keyakinan bukan perbuatan. Seperti aqidah dengan adanya Allah dan diutusnya pada Rasul. Bentuk jamak dari aqidah adalah aqa-id. (Lihat kamus bahasa: Lisaanul ‘Arab, al-Qaamuusul Muhiith dan al-Mu'jamul Wasiith: (bab: ‘Aqada).
     Jadi kesimpulannya, apa yang telah menjadi ketetapan hati seorang secara pasti adalah aqidah; baik itu benar ataupun salah.


Pembagian Tauhid

1.      Rububiyah
      Beriman bahwa hanya Allah satu-satunya Rabb yang memiliki, merencanakan, menciptakan, mengatur, memelihara, memberi
rezeki, memberikan
manfaat, menolak mudharat serta menjaga seluruh Alam Semesta. Sebagaimana terdapat dalam Al Quran surat Az-Zumar ayat
62 :"Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu". Hal yang seperti ini diakui oleh seluruh manusia,
tidak ada seorang pun yang mengingkarinya.
      Orang-orang yang mengingkari hal ini, seperti kaum atheis, pada kenyataannya mereka menampakkan keingkarannya hanya
karena kesombongan mereka. Padahal, jauh di dalam lubuk hati mereka, mereka mengakui bahwa tidaklah alam semesta ini
terjadi kecuali ada yang membuat dan mengaturnya. Mereka hanyalah membohongi kata hati mereka sendiri.
 Hal ini sebagaimana firman Allah “Apakah mereka
diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan? Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu?
sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan).“ (Ath-Thur: 35-36)

2.      Uluhiyah/Ibadah
      Beriman bahwa hanya Allah semata yang berhak disembah, tidak ada sekutu bagiNya. "Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang orang yang berilmu (juga menyatakan demikian). Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia yang Mahaperkasa lagi Maha Bijaksana" ('Ali 'Imran: 18). Beriman terhadap uluhiyah Allah merupakan
konsekuensi dari keimanan terhadap rububiyahNya. Mengesakan Allah dalam segala macam ibadah yang kita lakukan. Seperti salat, doa, nadzar, menyembelih, tawakkal, taubat, harap, cinta, takut dan berbagai macam ibadah lainnya. Dimana kita harus memaksudkan tujuan dari kesemua ibadah itu hanya kepada Allah semata. Tauhid inilah yang merupakan inti dakwah para Rasul dan merupakan tauhid yang diingkari oleh kaum musyrikin Quraisy. Hal ini sebagaimana yang difirmankan Allah mengenai perkataan mereka itu “Mengapa ia menjadikan sesembahan-sesembahan itu Sesembahan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.” (Shaad: 5). Dalam ayat ini kaum musyrikin Quraisy mengingkari jika tujuan dari berbagai macam ibadah hanya ditujukan untuk Allah semata. Oleh karena pengingkaran inilah maka mereka dikafirkan oleh Allah dan Rasul-Nya walaupun mereka mengakui bahwa Allah adalah satu-satunya Pencipta alam semesta.

SUMBER - SUMBER AKIDAH YANG BENAR DAN MANHAJ SALAF DALAM MENGAMBIL AKIDAH

Akidah adalah tauqifiyah. Artinya, tidak bisa ditetapkan kecuali dengan dalil syar’i, tidak ada medan ijtihad dan berpendapat didalamnya terbatas kepada apa yang ada didalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sebab tidak ada seorang pun yang mengetahui tentang Allah, tentang apa – apa yang wajib bagi-Nya dan apa yang harus disucikan darinya melainkan Allah sendiri. Dan tidak seorang pun sesudah Allah yang lebih mengetahui tentang Allah selain Rasullullah SAW.
Oleh karena itu manhaj as-Salafush shalih dan para pengikutnya mengambil aqidah terbatas pada Al-Qur’an dan A-Sunnah.
Maka segala apa yang ditunjukkan oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah tentang hak Allah mereka mengimaninya, menyakini- Nya dan mengamalkannya. Sedangkan apa yang tidak ditunjukkan oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah mereka menolak dan menafikannya dari Allah. Karena itu, tidak ada pertentangan di antara mereka didalam i’tiqad.bahkan aqidah mereka adalah satu dan jama’ah mereka juga satu. Karena Alllah sudah menjamin orang berpegang teguh dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah Rasullnya dengan kesatuan kata, kebenaran aqidah dan kesatuan manhaj. Allah berfirman.
وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْل الِلَّهِ جَمِيْعًا وَلاَ تَفَرَّقُوْا.

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama ) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai ,.......(ali Imran :103)

فَأِمَّا يَاْتِيَنَّكُمْ مِّنِّى هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلاَ يَضِلُّ وَ لاَ يَشْثَى

Maka jika datang kepadamu petunjuk-Ku, lalu barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan celaka. “Thaha:123)

Karena itulah mereka dinamakan firqah Najiyah ( golongan yang selamat ). Sebab Rasulullah SAW telah bersaksi bahwa merekalah yang selamat, ketika memberitahukan bahwa ini akan terpecah menjadi 73 golongan yang semuanya dineraka, kecuali satu golongan. Ketika ditanya tentang yang satu itu, beliau menjawab
,
هُمْ مَنْ كَانَ عَلَى مِثْلِ مَا أَنَا عَلَيْهِ اْلأيَوْمَ وَ أَصْحَبِيْ.

             Mereka adalah orang yang berada diatas ajaran yang sama dengan ajaranKu pada hari ini , dan para sahabatKu.”(HR.Ahmad).Kebenaran sabda baginda Rasulullah SAW tersebut telah terbukti ketika sebagian manusia membangun akidah di atas landasan selain Kitabullah dan Sunnah , yaitu diatas landasan ilmu kalam dan kaidah – kaidah manthik yang diwarisi dari filsafat Yunani dan Romawi. Maka terjadilah penyimpangan dan perpecahan dalam akidah yang mengakibatkan pecahnya umat dan retaknya masyarakat islam.

PENYIMPANGAN AQIDAH DAN CARA-CARA PENAGGULANGANYA

Penyimpangan Aqidah

Penyimpangan dari aqidah yang benar adalah kehancuran dan kesesatan. Karena aqidah yang benar mereupakan motivator utama bagi amal yang bermanfaat. Tanpa akidah yang benar seseorang akan menjadi mangsa bagi persangkaan dan keragu–raguan yang lama–kelamaan mungkin menumpuk dan menghalagi dari pandangan yang benar terhadap jalan kebahagiaan, sehingga hidupnya terasa sempit lalu ia ingin terbebas dari kesempitan tersebut dangan menyudahi hidup,sekalipun dengan bunuh diri, sebagaimana yang terjadi pada banyak orang yang telah kehilangan hidayah akidah yang benar.masyarakat yang tidak dipimpin oleh akidah yang benar merupakan masyarakat bahimi(hewani), tidak memiliki prinsip-prinsip hidup bahagia, sekalipun mereka bergelimang materi tetapi terkadang justru sering menyeret mereka pada kehancuran sebagaimana pada masyarakat jahiliyah.karena sesungguhnya kekayaan materi memerlukan taujih (pengarahan) dalam menggunakannya, dan tidak ada pemberi arahan yang benar kecuali akidah yang shahihah. Allah berfirman:
يَآيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوْا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَ اعْمَلُوْا صَالِحًا.

Hai Rasul-rasul, makanlah makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang shalih.” (Al Mu’minun :51).

وَ لَقَدْ ءَاتَيْنَا دَاوُوْدَ مِنَّا قَضْلاً، يَاجِبَالُ أَوِّبِى مَعَهُ وَ الطَّيْرَ، وَ أَلَنَّا لَهُ اْلحَدِيْدَ(10) أَنِِ اعْمَلْ سَابِغَاتٍ وَ قَدِّرْ فِى السَّرْدِ، وَ
اعْمَلُوْا صَالِحًا، أِنِّى بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ(11).

 Dan sesunggunya telah kami berikan kepada Daud karunia dari kami. (kami berfirman ), ‘Hai gunung – gunung dan burung – burung, bertasbihlah berulang –ulang bersama Daud, ‘ dan kami telah melunakkan besi untuknya, (yaitu) buatlah baju besi yang besar – besar dan ukurlah anyamannya ; dan kerjakanlah amalan yang shalih. Sesungguhnya aku melihat apa yang kamu kerjakan .” (Saba : 10 – 11).

Maka kekuatan akidah tidak boleh dipisahkan dari kekuatan madiyah (materi). Jika hal itu dikerjakan dengan menyeleweng kepada akidah batil, maka kekuatan materi akan berubah menjadi sarana penhancur dan alat perusak , seperti yang terjadi di negara –negara kafir yang memiliki materi, tetapi memiliki akidah shahihah.







Sebab penyimpangan dari akidah shahihah yang harus kita ketahui yaitu :

1.      Kebodohan terhadap akidah shahihah, karena tidak mau (enggan ) mempelajari dan mengajarkannya, atau kurangnya perhatian terhadapnya.
Sehingga tumbuh suatu generasi yang mengenal akidah shahihah dan juga tidak mengetahui lawan atau kebalikannya. Akibatnya , mereka
menyakini yang haq sebagai suatu yang batil yang batil dianggap sebagai haq. Sebagaimana yang pernah dikatakan oleh Umar ra. :

أِنَّمَا تُنْقََضُ عَرَى اْلاِسْلاَمِ عُرْوَةً أِذَا نَشَأَ فِى اْلاِسْلاَمِ مَنْ لاَ يَعْرِفُ اْلجَاهِلِيَّةَ.
Sesungguhnya ikatan simpul islam akan pudar satu demi satu, manakala di dalam Islam terdapat orang yang tumbuh tanpa mengenal
kejahiliyahan .”

2.       Ta’ ashshub (fanatik) kepada sesuatu yang diwarisi dari bapak dan nenek moyangnya, sekalipun itu batil, dan mencampakkan yang
menyalahinya, sekali pun hal itu benar. Sebagaimana difirmankan Allah swt :
 وَ اِذَا قِيْلَ لَهُمُ اتَّبِعُوْا مَآ أَنْزَلَ اللَّهُ قَالُوْا بَلْ نَتَّبِعُ مَآ أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ ءَابَآءَ نَآ، أَوَلَوْ كَانَ ءَابَآؤُهُمْ لاَ يَعْقِلُوْنَ شَيْئًا وَ لاَ يَهْتَدُوْنَ(170).
Dan apabila dikatakan kepada mereka, ‘Ikutilah apa yang diturunkan Allah,’ mereka menjawab,’ (tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang
telah dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami.’ (Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka mengetahui suatu apa
pun, dan tidak mendapati petunjuk?”(Al Baqarah :170).

3.      Takliq buta, denagan mengambil pendapat manusia dalam masalah akidah tanpa mengetahui dalilnya dan tanpa menyelidiki seberapa jauh
kebenarannya. Sebagaimana yang terjadi pada golongan seperti mu’tazilah, jahmiyah dan lainnya. Mereka berbakti kepada orang–orang sebelum
mereka dari imam sesat, sehingga mereka juga sesat, jauh dari akidah shahihah
4.      Ghuluw (berlebihan) dalam mencintai para wali dan orang-orang shalih, serta mengangkat mereka di atas derajat yang semestinya, sehingga
meyakini pada diri mereka sesuatu yang tidak mampu dilakukan kecuali Allah, baik berupa pendatangan manfaat maupun menolak kemudharatan
juga menjadi para wali itu sebagai perantara antara Allah dan makhlukNya, sehingga pada tingkat penyembahan para wali tersebut dan bukan
menyembah Allah. Mereka bertaqarrub kepada kuburan para wali itu dengan hewan qurban, nadzar, do’a, istighasah dan meminta pertolongan.

Sebagaiman yang terjadi pada kaum Nabi Nuh terhadap orang – orang shalih ketika berkata:
“Jangan sekali–kali kamu meninggalkan ( penyembahan ) Tuhan–Tuhan kamu dan jangan pula sekali–kali kamu meninggalkan ( penyembahan )
Wadd, dan jangan pula Suwa’, Yaghuts, Ya’ uq dan Nasr.” (Nuh : 23 )
dan demikianlah yang terjadi pada pengagung–pengagung kuburan diberbagai negeri sekarang ini.

5.       Ghaflah (lalai) terhadap perenungan ayat–ayat Allah yang terhampar di jagat raya ini (ayat–ayat kauniyah) dan ayat–ayat Allah yang tertuang dalan KitabNya (ayat–ayat Qur’aniyah) disamping itu, juga terbuai dengan hasil-hasil teknologi dan kebudayaan, sampai-sampai mengira bahwa itu semua adalah hasil kreasi manusia semata, sehingga mereka mengagung-agungkan manusia serta menisbatkan seluruh kemajuan ini kepada
jerih payah dan penemuan manusia semata.Sebagaimana kesombongan qarun yang mengatakan,
اِنَّمَا أُوتِيتُهُ, عَلَي عِلْمٍ عِنْدِى   
Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku. “ ( Al – Qashash : 78 )
اِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمِ

                 Sesungguhnya aku diberi nikmat itu hanyalah kepintaranku .” ( Az-Zumar : 49 )
Mereka tidak berpikir dan pula melihat keagungan Tuhan yang telah menciptakan alam ini dan yang menimbun berbagai macam keistimewaan di
dalamnya. Juga yang mencipakan manusia lengkap dengan keahlian dan kemampuan guna menemukan keistimewaan-keistimewaan alam serta
fungsinya demi kepentingan manusia.
وَ اللهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ
Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu.” (Ash – shaffat : 96 ).
أَوَلَمْ يَنظُرُوا فِي مَلَكُوتِ السَّمَوَتِ وَاْلاَرْضِ وَمَا خَلَقَ اللهُ مِنْ شَىءٍ
Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu yang diciptakan Allah,(Al A’raf :185 ). “ Allah-lah yang
telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian dia mengeluarkan air hujan itu berbagai buah – buahan
menjadi rizqi untukmu, dan dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu berlayar di lautan dengan kehendakNya, dan dia telah
menundukkan (pula ) bagimu sungai – sungai. Dan dia talah menundukkan pula bagimu matahari dan bulan yang terus – menerus beredar (dalam
orbitnya ); dan telah menundukkan bagimu. Dan dia telah memberikan kepadamu ( keperluan) dari segala apa yang kamu mohon kepadanya. Dan
jika kamu menghitung nikmat Allah tidaklah dapat kamu menghinggakannya.” (Ibarohim : 32 -33 ).












CARA-CARA MENANGGULANGI PENYIMPANGAN INI

Cara menanggulangi penyimpangan di atas adalah sebai berikut :

1.      kembali kepada kitabullah dan sunnah Rasulullah صل الله عليه وسلم. Untuk mengambil akidah shahihah. Sebagaimana para Salafus shalih mengambil akidah mereka dari keduanya.
Tidak akan dapat memperbaiki akhir umat ini kecuali apa yang telah memperbaiki ummat
pendahulunya. Juga dengan mengkaji akidah golongan sesat dan mengenal syubhat–syubhat mereka untuk kita bantah dan kita waspadai, karena siapa yang tidak mengenal keburukan, ia dikhawatirkan terperosok ke dalamnya.

2.      Memberi perhatian pada pengajaran akidah shahihah, akidah, di berbagai jenjang pendidikan. Memberi jam pelajaran yang cukup serta mengadakan evaluasi yang ketat dalam menyajikan materi ini.

3.      Meneyebarkan para da’i yang meluruskan akidah umat Islam dengan mengajarkan akidah para sahabat dan para ulama terdahulu , serta menjawab dan menolak seluruh akidah batil.



























DAFTAR  PUSATAKA


http://ndocfile.blogspot.com/2012/09/materi-aqidah-akhlak-7-part-1.html
http://alislamu.com/aqidah/683-definisi-aqidah.html
http://pamwates.blogspot.com/2009/12/makna-akidah-dan-urgensinya-bagi.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Tauhid




0 komentar:

Post a Comment