TUGAS
MAKALAH AQIDAH
KELOMPOK 7
Judul
:Berlebih-lebihan kepada Orang Shaleh
![]() |
Disusun oleh : M. Julian Hanafi
:
Fiqhri Mulianda Putra
:
Bayu Pratama
:
Herianto
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikumwarahmatullahiwabarakatuh.
Alhamdulillahirabbilalamin,
banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala
puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alamat atas segala berkat,
rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah dengan judul ”Berlebihan Kepada Orang Shaleh”.
Dari
sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bias memberikan sedikit kebahagiaan
dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi. Meskipun penulis berharap isi dari
makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang.
Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini
dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi
semua pembaca.
Pekanbaru, 3 Oktober 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar…………………………………………………………………………………………………………………………. i
Daftar
Isi…………………………………………………………………………………………………………………………………… ii
Bab I Pendahuluan
1. Latar Belakang……………………………………………………………………………………………………………….1
2. Perumusan Masalah………………………………………………………………………………………………………2
3. Tujuan Makalah…………………………………………………………………………………………………………….
2
4. Manfaat Makalah………………………………………………………………………………………………………….
2
Bab II Isi
1. Definisi Orang Shalih………………………………………………………................................................
3
2.
Berlebih-lebihan Terhadap Kuburan Orang-orang
Shalih.................................................. 3
3. Berlebih-lebihan Dalam
Mengagungkan Orang-orang Shalih menjadi Penyebab Manusia Kufur dan Meninggalkan
Agamanya…………………………………………………………………………….. 5
4. Tabbaruk yang
terlarang kepada orang-orang shalih……………………………………………………. 9
5. Ghuluw Terhadap
Orang Shalih Merupakan Akar Kesyirikan Dari Masa Ke Masa Hingga Melanda
Indonesia……………………………………………………………………………………………………… 10
Bab III Penutup
1. Kesimpulan………………………………………………………………………………………………………………….
14
2. Saran……………………………………………………………………………………………………………………………
14
Daftar
Pustaka
BAB I
1.
Latar
Belakang
Ada tiga sebab fundamental munculnya
perilaku syirik, yaitu al-jahlu (kebodohan), dhai’ful iiman
(lemahnya iman), dan taqliid (ikut-ikutan secara membabi-buta).
Al-jahlu sebab pertama perbuatan syirik.Karenanya masyarakat sebelum
datangnya Islam disebut dengan masyarakat jahiliyah.Sebab, mereka tidak tahu
mana yang benar dan mana yang salah.Dalam kondisi yang penuh dengan kebodohan
itu, orang-orang cendrung berbuat syirik.Karenanya semakin jahiliyah suatu
kaum, bisa dipastikan kecenderungan berbuat syirik semakin kuat.Dan biasanya di
tengah masyarakat jahiliyah para dukun selalu menjadi rujukan
utama.Mengapa?Sebab mereka bodoh, dan dengan kobodohannya mereka tidak tahu
bagaimana seharusnya mengatasi berbagai persoalan yang mereka
hadapi.Ujung-ujungnya para dukun sebagai narasumber yang sangat mereka
agungkan.
Penyebab kedua perbuatan syirik adalah dhai’ful iimaan
(lemahnya iman).Seorang yang imannya lemah cenderung berbuat maksiat.Sebab,
rasa takut kepada Allah tidak kuat. Lemahnya rasa takut kepada Allah ini akan
dimanfaatkan oleh hawa nafsu untuk menguasai diri seseorang. Ketika seseorang
dibimbing oleh hawa nafsunya, maka tidak mustahil ia akan jatuh ke dalam
perbuatan-perbuatan syirik seperti memohon kepada pohonan besar karena ingin
segera kaya, datang ke kuburan para wali untuk minta pertolongan agar ia
dipilih jadi presiden, atau selalu merujuk kepada para dukun untuk suapaya
penampilannya tetap memikat hati orang banyak.
Taqliid sebab yang ketiga.Al-Qur’an selalu menggambarkan bahwa
orang-orang yang menyekutukan Allah selalu memberi alasan mereka melakukan itu
karena mengikuti jejak nenek moyang mereka. Allah berfirman,
#sŒÎ)ur
(#qè=yèsù
Zpt±Ås»sù
(#qä9$s%
$tRô‰y`ur
!$pköŽn=tæ
$tRuä!$t/#uä
ª!$#ur
$tRzsDr&
$pkÍ5
3
ö@è%
žcÎ)
©!$#
Ÿw
âßDù'tƒ
Ïä!$t±ósxÿø9$$Î/
(
tbqä9qà)s?r&
’n?tã
«!$#
$tB
Ÿw
šcqßJn=÷ès?
ÇËÑÈ
“Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji, mereka
berkata, ‘Kami mendapati nenek moyang kami mengerjakan yang demikian itu, dan
Allah menyuruh kami mengerjakannya.’Katakanlah, ‘Sesungguhnya Allah tidak
menyuruh (mengerjakan) perbuatan yang keji.’Mengapa kamu mengada-adakan
terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?” (QS. Al-A’raf: 28).
2.
Rumusan
Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan Orang
Shaleh?
2.
Mengapa manusia sekarang terlalu
berlebihan terhadap orang- orang sholeh?
3.
Apa contoh Berlebih-lebihan terhadap
Orang Shaleh?
4.
Mengapa Berlebihan terhadap Orang
Shaleh dikatakan Syirik?
3.
Tujuan
Makalah
1. Terhindar dari perbuatan tersyirik
tersebut
2. Mengangkat manusia ke derajat paling
tinggi dan mulia.
3. Mengalirkan rasa kesederhanaan dan
kesahajaan.
4. Membuat manusia menjadi suci dan
benar
5. Memunculkan kepercayaan yang teguh
dalam segala hal, tidak mempunyai hubungan khusus dengan siapapun atau apapun
yang menyebabkan rusaknya iman.
6. Tidak mudah putua asa dengan keadaan
yang dihadapi.
7. Menumbuhkan keberanian dalam diri
manusia. Dalam hubungan ini ada dua hal yang membuat manusia menjadi pengecut,
yaitu takut mati, dan pemikiran yang menyatakan bahwa ada orang lain selain
Allah yang dapat mencabut nyawanya.
8. Mengembangkan sikap cinta damai dan
keadilan, menghalau rasa cemburu, dengki, dan iri hati.
9. Menjadi taat dan patuh kepada
hukum-hukum Allah.
4.
Manfaat Makalah
Kalau kita mencermati keadaan
masyarakat kaum muslimin saat ini, sungguh akan kita dapatkan, begitu banyaknya
mereka yang telah terjatuh dalam kesesatan dan kesyirikan ini. Bisa jadi karena
kebodohan mereka terhadap agama ini, ataupun karena kesombongan dan penolakan
mereka terhadap kebenaran.Jadi, kita berharap masyarakat dapat lebih pintar
dalam memahami kebudayaan agar tidak tersesat dan menjadi syirik dengan membaca
makalah ini.
BAB
II
1.
Definisi Orang Shalih
Salah satu di antara bentuk
kesesatan mereka adalah berlebihan dalam mengagungkan orang-orang shalih, baik yang
masih hidup atapun yang sudah mati.
Definisi orang shalih adalah orang yang telah menunaikan
hak-hak Allah dan hak-hak sesama makhluk dengan baik. Menunaikan hak-hak Allah
adalah dengan cara mentauhidkanNya, yang dibuktikan juga dengan melaksanakan
perintah dan menjauhi laranganNya dengan penuh ketundukan dan pengabdian hanya
kepadaNya. Menunaikan hak-hak sesama adalah dengan cara memberikan segala
sesuatu yang menjadi hak mereka, tidak merampas hak milik mereka, dan tidak
menodai kehormatan mereka tanpa alasan yang benar. (Lihat Mutiara Faidah
Kitab Tauhid, Ustadz Abu Isa, cetakan pustaka muslim,
hal.143). Manusia yang paling shalih tentu saja adalah Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, kemudian para shahabatnya, dan orang-orang setelahnya
yang mengikuti beliau dalam ilmu dan amal shalih.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “..Ketahuilah
demi Allah sesungguhnya aku adalah orang yang paling takut dan paling bertakwa
kepada Allah daripada kalian,..” (HR. Bukhari no 5063 & Muslim 1401)
2.
Berlebih-lebihan
Terhadap Kuburan Orang-orang Shalih
Segala puji hanya milik Allah ‘Azza wa Jalla Rabb semesta alam.
Aku bersaksi bahwa tiada ilah yang berhak disembah melainkan Allah ‘Azza wa Jalla semata.Tiada sekutu baginya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad ShallAllahu ‘alaihi wa Sallam adalah hamba dan Rasul-Nya.
Aku bersaksi bahwa tiada ilah yang berhak disembah melainkan Allah ‘Azza wa Jalla semata.Tiada sekutu baginya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad ShallAllahu ‘alaihi wa Sallam adalah hamba dan Rasul-Nya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah pernah berkata, “Sebaik-sebaik
ibadah adalah ibadah yang sesuai petunjuk Nabi ShallAllahu ‘alaihi wa Sallam dan para shabatnya.” Sebagaimana
Nabi ShallAllahu ‘alaihi wa Sallam
pernah menyampaikan, ‘Sebaik-baik perkataan adalah kalamulloh dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad ShallAllahu ‘alaihi wa Sallam.
Sejelek-jelek perkara adalah perkara yang diada-adakan (dalam agama), setiap
yang dia-adakan (dalam agama) adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah sesat, dan
setiap kesesatan tempatnya di Neraka.’
Salah satu sebab yang membuat seseorang menjadi kufur adalah
sikap ghuluw dalam beragama,
baik kepada orang shalih atau dianggap wali, maupun ghuluw kepada kuburan para
wali, hingga mereka minta dan berdo’a kepadanya padahal ini adalah perbuatan
syirik akbar.[1]
Syirik Akbar adalah memalingkan ibadah untuk selain Allah,
seperti doa kepada selain Allah, dan meminta bantuan kepada orang-orang yang
telah mati, atau meminta kepada orang yang hidup akan tetapi tidak hadir
dihadapan kita.[2]
Dosa syirik akbar ini tidak akan diampuni oleh Allah. Dan
amal shalih apapun tidak akan diterima jika disertai dengan syirik akbar ini.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman
¨bÎ) ©!$# Ÿw ãÏÿøótƒ br& x8uŽô³ç„ ¾ÏmÎ/ ãÏÿøótƒur $tB šcrߊ šÏ9ºsŒ `yJÏ9 âä!$t±o„ 4 `tBur õ8ÎŽô³ç„ «!$$Î/ ô‰s)sù ¨@|Ê Kx»n=|Ê #´‰‹Ïèt/ ÇÊÊÏÈ
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa
mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang lebih rendah
derajatnya dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya.Barangsiapa yang
mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat
sejauh-jauhnya.” (QS. An Nisaa’: 116)[3]
Ketahuilah wahai saudaraku –semoga Allah merahmati Anda-, Ghuluw[4] adalah Sikap atau perbuatan
yang berlebih-lebihan di dalam perkara agama sehingga melampaui apa yang telah
ditetapkan melalui batasan syari’at baik bentuknya keyakinan atau perbuatan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
ö@è% Ÿ@÷dr'¯»tƒ É=»tGÅ6ø9$# Ÿw (#qè=øós? ’Îû öNà6ÏZƒÏŠ uŽöxî ÈdYysø9$# Ÿwur (#þqãèÎ6®Ks? uä!#uq÷dr& 7Qöqs% ô‰s% (#q=|Ê `ÏB ã@ö6s% (#q=|Êr&ur #ZŽÏVŸ2 (#q=|Êur `tã Ïä!#uqy™ È@‹Î6¡¡9$# ÇÐÐÈ
“Katakanlah:‘Wahai
Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara yang
tidak benar di dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu
orang-orang terdahulu yang telah sesat (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka
telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang
lurus.” (QS. al-Maidah: 77) Sesungguhnya
agama ini telah lengkap dan tidak perlu kepada penambahan atau pengurangan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman, yang artinya,
tPöqu‹ø9$#
}§Í³tƒ
tûïÏ%©!$#
(#rãxÿx.
`ÏB
öNä3ÏZƒÏŠ
Ÿxsù
öNèdöqt±øƒrB
Èböqt±÷z$#ur
4
tPöqu‹ø9$#
àMù=yJø.r&
öNä3s9
öNä3oYƒÏŠ
àMôJoÿøCr&ur
öNä3ø‹n=tæ
ÓÉLyJ÷èÏR
àMŠÅÊu‘ur
ãNä3s9
zN»n=ó™M}$#
$YYƒÏŠ ÇÌÈ
“Pada
hari ini telah Aku sempurnakan untuk kamu agama-mu, dan telah aku cukupkan
kepada kamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam itu menjadi agama bagimu.”
(QS. al-Ma’idah: 3)
3.
Berlebih-lebihan Dalam Mengagungkan
Orang-orang Shalih menjadi Penyebab Manusia Kufur dan Meninggalkan Agamanya
Disebutkan dalam riwayat yang shahih, bahwa shahabat Ibnu
Abbas radhiyAllahu ‘anhu
menafsirkan firman Allah Ta’ala,
(#qä9$s%ur
Ÿw
¨bâ‘x‹s?
ö/ä3tGygÏ9#uä
Ÿwur
¨bâ‘x‹s?
#tŠur
Ÿwur
%Yæ#uqß™
Ÿwur
šWqäótƒ
s-qãètƒur
#ZŽô£nSur
ÇËÌÈ
“Dan
mereka (kaum Nabi Nuh) berkata, ’Janganlah sekali-kali kalian meninggalkan
(peribadahan kepada) Tuhan-tuhan kalian, dan janganlah sekali-kali kalian
meninggalkan (peribadahan kepada) Wadd, Suwa’, Yaghuts, Ya’uq, dan Nasr.’” (QS.
Nuh: 23)
Ibnu Abbas radhiyAllahu
‘anhu berkata, “Ini adalah nama-nama orang shalih dari kaum Nabi
Nuh.Dikala mereka meninggal, setan membisikkan kepada generasi penerus mereka,
“Pancangkanlah patung-patung di tempat-tempat mereka berkumpul, dan namailah
patung-patung tersebut dengan nama-nama mereka.Maka merekapun menuruti bisikan
tersebut.Awal mulanya, patung tersebut tidak disembah.Akan tetapi ketika mereka
(orang-orang yang membuat patung tersebut) telah meninggal, dan ilmu agama
telah dilalaikan orang, maka patung tersebut mulai disembah.” [5]
Demikianlah makar setan terhadap mereka dengan menghembuskan
api perselisihan di antara mereka sehingga mereka meninggalkan ajaran rasul,
memperdayakan mereka sehingga mengagungkan orang-orang yang sudah mati dan
bermukim di kuburan-kuburan mereka. Kemudian setan memperdaya mereka sehingga
membuat gambar dan patung orang-orang yang sudah mati itu.Dan akhirnya mereka
menyembah patung-patung tersebut.
Orang-orang musyrik di kalangan kaum Nuh adalah kaum yang
pertama kali melakukan kemusyrikan.Bentuk kemusyrikan yang pertama kali mereka
lakukan adalah pengagungan terhadap orang-orang mati, dan itulah syirik ardhi,
syirik yang pertama kali terjadi di bumi ini. Tatkala manusia telah menyembah
berhala, menyembah thaghut dan terjerumus dalam kesesatan dan kekufuran, maka
Allah ‘Azza wa Jalla mengutus
Rasul pertama kepada penduduk bumi sebagai rahmat-Nya kepada mereka, rasul itu
adalah Nuh ‘alaihis salam bin
Yardah bin Mahil bin Qainan bin Anusy bin Syits bin Adam ‘alaihis salam.
Ibnul Qayyim berkata, “Banyak ulama salaf yang menuturkan,
‘Ketika orang-orang (yang disebut pada ayat tersebut) telah meninggal,
orang-orang setelah mereka beri’tikaf (berdiam diri dengan tujuan
beribadah) di atas kuburan mereka. Selanjutnya mereka membuat patung-patung
mereka.Dan setelah masa berlalu lama, generasi penerus mereka mulai beribadah
kepada patung tersebut.”[6]
Berlebih-lebihan terhadap orang-orang shalih dan para nabi
dengan memberikan salah satu bentuk beribadatan kepada mereka yang merupakan
bagian dari sifat uluhiyah, atau menjadikan mereka satu bentuk persembahan dan
penghambaan adalah merupakan bentuk kesyirikan yang mengeluarkan seseorang dari
keislamannya.Sebab, sifat uluhiyah itu secara keseluruhan hanya menjadi milik
Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Uluhiyah ini tidak patut diberikan
kepada siapapun juga, kecuali hanya kepada-Nya.[7]
Dari ‘Ubaidillah bin Abdillah dari Ibnu ‘Abbas, ia mendengar
‘Umar radhiyAllahu ‘anhu
berkata di atas mimbar : Aku mendengar Rasulullah ShallAllahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku seperti orang-orang
Nasrani berlebih-lebihan dalam memuji putra Maryam. Sesungguhnya aku hanyalah
seorang hamba Allah, maka katakanlah ‘Abdullah (hamba Allah) dan Rasul-Nya”
(HR. Al-Bukhari)
Dari hadits ini beliau ShallAllahu ‘alaihi wa Sallam melarang umatnya dari
berlebih-lebihan dalam pujian, sebagaimana umat nashrani telah melampaui batas
ketika memuji Isa bin Maryam. Perbuatan mereka ini telah menjerumuskan mereka
kepada jurang kekafiran dan kesyirikan kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Mereka telah mengklaim bahwa Isa bin
Maryam sebagai anak Allah ‘Azza wa
Jalla. Karena itu, beliau ShallAllahu
‘alaihi wa Sallam bersabda, “Sesungguhnya aku hanyalah seorang hamba,
maka katakanlah : hamba Allah dan rasul-Nya.”
Dan Rasululloh ShallAllahu ‘alaihi wa Sallam juga
bersabda, yang artinya :
“Waspadalah
dari kalian sikap berlebih-lebihan, karena sesungguhnya sikap berlebih-lebihan
itulah yang telah membinasakan orang-orang sebelum kalian” (HR. Ahmad, Turmudzi
dan Ibnu majah dari Ibnu Abbas radhiyAllahu
‘anhu).
Imam Muslim juga meriwayatkan dari shahabat Ibnu Mas’ud
bahwa Rasululloh ShallAllahu ‘alaihi
wa Sallam bersabda, yang artinya :
“Binasalah
orang-orang yang berlebih-lebihan” (Beliau mengulangi sabdanya ini sebanyak
tiga kali).
Ketahuilah wahai Saudaraku seiman, -semoga Allah senantiasa
memberi rahmat kepada anda- dari hadits-hadits di atas Rasululloh ShallAllahu ‘alaihi wa Sallam
telah melarang kita dari segala macam perbuatan melampaui batas.
Perbuatan melampaui batas adalah sumber dari semua kejelekan, dan sikap
bersahaja (tidak berlebihan dan tidak meremehkan) dalam setiap urusan adalah
sumber bagi segala keberhasilan dan kebaikan.
Larangan Keras Beribadah Kepada
Allah Di Atas Atau Sisi Kuburan Orang-orang Shalih.[8]
Diriwayatkan pada hadits shahih, dari istri Rasululloh ShallAllahu ‘alaihi wa Sallam ‘Aisyah
radhiyAllahu ‘anha bahwa
Ummu Salamah mengisahkan kepada Rasululloh ShallAllahu ‘alaihi wa Sallam tentang suatu gereja, yang pernah
ia lihat di negeri Habasyah (Ethiopia), beserta gambar-gambar yang terpampang
di dalamnya. Mendengar kisah istrinya ini, Nabi ShallAllahu ‘alaihi wa Sallam bersabda,
”Mereka
itu, apabila ada orang yang shalih atau hamba yang shalih meninggal, mereka
membangun di atas kuburannya sebuah masjid (tempat ibadah), dan mereka membuat
di dalamnya patung-patung, dan merekalah sejelek-jelek makhluk di sisi Allah”.
Mereka telah menggabungkan dua sumber kesesatan :membangun masjid di kuburan dan membuat
patung-patung.
Pada hadits tersebut kata “masjid” adalah sebutan bagi
setiap tempat yang dijadikan untuk beribadah kepada Allah ‘Azza wa Jalla.Dengan demikian,
hadits ini menunjukkan bahwa gereja-gereja mereka dibangun di atas kuburan
orang-orang shalih.Di dalamnya atau di atas kuburan itulah mereka
menggantungkan gambar orang shalih tersebut.Mereka melakukan itu guna
membangkitkan kesadaran masyarakat untuk beribadah kepada Allah, melalui
pengagungan orang shalih dan kuburannya.
Nabi menanggapi kisah Ummi Salamah dengan bersabda, “Mereka itu sejelek-jelek makhluk di sisi
Allah”.Yang beliau maksudkan ialah para pengagung orang shalih yang
membangun masjid di atas kuburan.Pada hadits ini tidak ada pernyataan bahwa
mereka beribadah kepada orang shalih tersebut.Mereka hanya mengagungkan kuburan
tersebut, dan membuat gambar atau patung mereka. Akan tetapi perhatikanlah
bahwa sesungguhnya Rasululloh ShallAllahu
‘alaihi wa Sallam telah mencela perbuatan mereka karena mereka telah
menggabungkan dua sumber kesesatan :membangun
masjid di kuburan dan patung-patung. Kedua hal ini merupakan penyebab
terjadinya syirik akbar. Dapat kita pahami bahwa hadits ini adalah peringatan
dan sekaligus larangan bagi umat ini dari membangun masjid di atas kuburan
seseorang.
Amalan yang beliau ShallAllahu
‘alaihi wa Sallam tegur dengan keras adalah mendatangi kuburan orang
shalih, guna beribadah kepada Allah di sana. Biasanya orang yang melakukan ini
mengharap mendapatkan keberkahan di tempat tersebut. Orang awam
seringkali melakukan amalan ini. Mereka meyakini bahwa tanah sekitar kuburan
orang shalih memiliki keberkahan, sehingga amal ibadah di sana berbeda dengan
amal ibadah di tempat lain.
“Terlebih lagi orang yang beribadah kepada
kuburan”.Maksudnya beribadah kepada kuburan atau penghuni kuburan tersebut.Para
penyembah kuburan, kadangkala menunjukkan ibadahnya kepada kuburan, dan
kadangkala menunjukkannya kepada penghuni kuburan.Dan pada beberapa kesempatan,
sebagian mereka menunjukkan ibadahnya kepada tempat di sekitar kuburan.Betapa
banyak bangunan, soko (tiang) dan pagar kuburan para wali telah dijadikan
sebagai tempat tujuan berziarah dan ngalap berkah.
Dengan ritual itu, mereka telah menjadikan pagar besi dan
dinding kuburan sebagai sesembahan. Bahkan mereka meyakini bila mengusapnya
akan mendapatkan keberkahan. Tidak jarang dari mereka yang menjadikannya
sebagai parantara/ wasilah doa mereka kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Mereka beri’tikaf dan menjalankan berbagai
ritual ibadah di sana. Sebagaimana mereka juga menggantungkan harapan dan rasa
takutnya kepada kuburan-kuburan tersebut.
Imam Bukhari dan Muslim juga meriwayatkan dari Aisyah radhiyAllahu ‘anha pula, ia
menuturkan bahwa ketika Rasululloh ShallAllahu
‘alaihi wa Sallam sedang didatangi (oleh Malaikat Maut), beliau menutup
wajahnya dengan sehelai baju. Dan tatkala merasakan sesak, beliau membukanya,
-dalam keadaan demikian itu- beliau bersabda, yang artinya :
“Semoga
Allah melaknat orang-orang Yahudi dan Nashrani, mereka telah menjadikan kuburan
nabi-nabi mereka sebagai masjid (tempat peribadatan).”
Imam Muslim meriwayatkan dari shahabat Jundub bin ‘Abdullah,
dimana ia menuturkan : “Aku pernah mendengar Rasululloh ShallAllahu ‘alaihi wa Sallam bersabda lima hari sebelum beliau
meninggal dunia,
“Sungguh,
Aku berlepas diri atas nama Allah untuk memiliki seorang khalil (kekasih yang
sangat dekat) dari kalian, karena sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjadikan aku sebagai khalil-Nya,
sebagaimana Ia telah menjadikan Ibrahim sebagai khalil-Nya. Seandainya aku
boleh mengambil seorang khalil dari umatku, maka aku akan jadikan Abu Bakar sebagai khalil-ku. Dan
ketahuilah, bahwa sesungguhnya umat-umat sebelum kalian telah menjadikan
kuburan para Nabi mereka sebagai tempat ibadah, dan ingatlah, janganlah kalian
menjadikan kuburan sebagai tempat beribadah, karena aku benar-benar melarang
kalian dari perbuatan itu”.
Rasululloh ShallAllahu
‘alaihi wa Sallam di akhir hayatnya -sebagaimana dalam hadits Jundub-
telah melarang umatnya untuk tidak menjadikan kuburan sebagai tempat ibadah.
Kemudian ketika dalam keadaan hendak diambil nyawanya –sebagaimana dalam hadits
Aisyah- beliau melaknat orang yang melakukan perbuatan itu, dan sholat di
sisinya termasuk pula dalam pengertian menjadikan kuburan sebagai tempat
ibadah, walaupun tidak dijadikan bangunan masjid, dan inilah maksud dari
kata-kata Aisyah radhiyAllahu‘anha.:“…
dikhawatirkan akan dijadikan sebagai tempat ibadah.”
Dan para sahabat pun belum pernah membangun masjid (tempat
ibadah) di sekitar kuburan beliau, karena setiap tempat yang digunakan untuk
sholat berarti telah dijadikan sebagai masjid, bahkan setiap tempat yang
dipergunakan untuk sholat disebut masjid, sebagaimana yang telah disabdakan
oleh Rasul ShallAllahu ‘alaihi wa
Sallam,
“Telah
dijadikan bumi ini untukku sebagai masjid dan suci”.
Dan Imam Ahmad meriwayatkan hadits marfu’ dengan sanad yang
jayyid (bagus), dari Ibnu Mas’ud
radhiyAllahu‘anhu, bahwa Nabi Muhammad ShallAllahu’alaihi wa Sallam bersabda,
“Sesungguhnya,
termasuk sejelek-jelek manusia adalah orang yang masih hidup saat hari kiamat
tiba, dan orang yang menjadikan kuburan sebagai tempat ibadah (masjid)” (HR.
Abu Hatim dalam kitab shohihnya).
4.
Tabbaruk yang terlarang kepada
orang-orang shalih
Tabarruk
atau ngalap berkah adalah meminta berkah.Dan berkah berarti kebaikan yang
banyak dan terus-menerus, serta diharapkan selalu bertambahnya kebaikan
tersebut.Tabarrukada yang diperbolehkan, yaitu tabarruk
syar’iyyah dan ada tabarruk yang dilarang.
Tabarruk syar’iyyah adalah seorang muslim yang melaksanakan ibadah yang
disyariatkan, dalam rangka meminta pahala dari Allah dengan amalan ibadahnya
tersebut. Misalnya, seorang meminta berkah dari AlQur’an dengan cara membacanya
dan mengamalkan hukum-hukumnya. Seorang meminta berkah dari Masjidil Haram
dengan cara shalat di dalamnya, dimana terdapat dalil yang menjelaskan
pahalanya berlipat-lipat daripada shalat di masjid yang lainnya. Maka untuk
menentukan sesuatu amalan atau tempat yang bisa memberikan bekah, dan untuk
menentukan cara meminta berkahnya, dibutuhkan dalil.
Adapun,
tabarruk yang terlarang dibagi menjadi 2 macam,
1.
Tabarruk syirik
Yaitu
jika seseorang meminta berkah kepada makhluq dan berkeyakinan makhluq
tersebutlah yang memberikan berkah dengan sendirinya. Maka perbuatan ini adalah
syirik akbar, yang mengeluarkan pelakunya dari islam, karena hanyalah Allah
yang menciptakan berkah dan memberikannya kepada para hambaNya yang
dikehendaki.
2.
Tabarruk bid’ah
Yaitu
jika seseorang meminta berkah kepada sesuatu dimana tidak ada dalil yang
membolehkan ber-tabarruk dengannya, walaupun dia berkeyakinan bahwa
Allahlah yang memberikan berkah tersebut. Atau cara ber-tabarruk-nya, yang tidak ada dalilnya. Perbuatan seperti ini jelas
haramannya, karena sama saja menjadikan suatu ibadah yang tidak ada dalilnya dari
AlQuran dan sunnah, dan juga karena perbuatan ini adalah syirik kecil yang
dapat mengantarkan kepada syirik besar.
Di antara contoh perbuatan tabarruk yang dilarang adalah
mengusap-usap badan atau pakaian orang shalih dalam rangka mengharapkan berkah,
mencium atau mengusap kubur-kubur mereka dalam rangka mengharapkan berkah, dan
beribadah di samping kubur-kubur mereka dalam rangka bertabarruk dan
berkeyakinan tentang keutamaan beribadah di samping kubur-kubur tersebut.
(Lihat tadzhib tashil aqidah islamiyyah, Syaikh Abdullah bin abdul aziz al
Jibrin, hal116-124)
5.
Ghuluw Terhadap OrangShalih
Merupakan Akar Kesyirikan Dari Masa Ke Masa Hingga Melanda Indonesia[9]
Salah satu penyakit akidah yang
menjangkiti Ummat Islam di Indonesia adalah kegemarannya mengagungkan kuburan
nenek moyang dan sosok yang dianggap shalih, untuk dijadikan perantara meminta
berkah, kesehatan, minta anak, jodoh, jabatan, dan berbagai hajat lainnya.
Kenyataan adanya kepercayaan yang salah bahkan merusak
aqidah Islam, contohnya keberadaan makam Walisongo tidak lepas dari mitos,
seperti jika orang punya tujuan tertentu berziarah ke makam Walisongo maka
doa-doanya akan dikabulkan.
Banyaknya makam yang dikeramatkan di berbagai tempat itu
menjadikan keprihatinan para ulama yang masih punya kepedulian dan menyayangi
Ummat Islam agar tidak terjerumus ke dalam kesesatan yang nyata.
Seorang Syaikh dari Timur Tengah yang berceramah di Radio
Rodja Cilengsi Bogor diterjemahkan Ustadz Zaenal Abidin bin Syamsuddin, Selasa
05 Oktober 2010 tentang pentingnya Tauhid menyebutkan, di dunia Islam ada
20.000 kuburan yang dikeramatkan, yang dapat mengakibatkan pelakunya melakukan
kemusyrikan yang mengeluarkan dari Islam.
Kalau pun tidak sampai terjerumus ke dalam kubangan kemusyrikan, masalah yang berkaitan dengan kuburan ini menimbulkan pula amaliah yang belum tentu sesuai dengan syari’at.Termasuk, sekedar membaca Al-Qur’an di kuburan.Membaca Al-Qur’an di kuburan merupakan amalan yang tidak ada tuntunannya, namun oleh mereka diyakini sebagai amal baik yang layak dilakukan saat melakukan ziarah kubur.
Kalau pun tidak sampai terjerumus ke dalam kubangan kemusyrikan, masalah yang berkaitan dengan kuburan ini menimbulkan pula amaliah yang belum tentu sesuai dengan syari’at.Termasuk, sekedar membaca Al-Qur’an di kuburan.Membaca Al-Qur’an di kuburan merupakan amalan yang tidak ada tuntunannya, namun oleh mereka diyakini sebagai amal baik yang layak dilakukan saat melakukan ziarah kubur.
Penyimpangan yang jauh dari Islam itu lebih jauh lagi ketika
tujuan orang-orang yang berziarah kubur pun mengikuti penuturan para juru
kunci, untuk meminta apa-apa yang dihajatkan. Bahkan ada juru kunci yang
mencatat hajat masing-masing peziarah untuk dijadikan apa yang mereka sebut
pengantar dalam doa (meminta kepada mayat). Hingga kuburan-kuburan itupun
dianggap ada fak-fak atau jurusan-jurusan masing-masing.Yang mau lancar
rezekinya maka juru kunci menunjuki ke kuburan wali Fulan A. Yang ingin naik
jabatan maka ke kuburan wali Fulan B, dan lain-lain. Betapa jauhnya hal itu
dari apa yang diucapkan setiap shalat, membaca al-fatihah:
x‚$ƒÎ) ߉ç7÷ètR
y‚$ƒÎ)ur
ÚúüÏètGó¡nS
ÇÎÈ
“Hanya
Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta
pertolongan.” (QS Al-Fatihah: 5).
Larangan berdoa kepada selain Allah pun telah ditegaskan
dalam Al-Qur’an:
Ÿwur
äíô‰s?
`ÏB
Èbrߊ
«!$#
$tB
Ÿw
y7ãèxÿZtƒ
Ÿwur
x8•ŽÛØtƒ
(
bÎ*sù
|Mù=yèsù
y7¯RÎ*sù
#]ŒÎ)
z`ÏiB
tûüÏJÎ=»©à9$#
ÇÊÉÏÈ
bÎ)ur
y7ó¡|¡ôJtƒ
ª!$#
9hŽÛØÎ/
Ÿxsù
y#Ï©%Ÿ2
ÿ¼ã&s!
žwÎ)
uqèd
(
cÎ)ur
x8÷ŠÌãƒ
9Žösƒ¿2
Ÿxsù
¨Š!#u‘
¾Ï&Î#ôÒxÿÏ9
4
Ü=ŠÅÁãƒ
¾ÏmÎ/
`tB
âä!$t±o„
ô`ÏB
¾ÍnÏŠ$t6Ïã
4
uqèdur
â‘qàÿtóø9$#
ÞOŠÏm§9$#
ÇÊÉÐÈ
“Dan
janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula)
memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang
demikian), itu, maka sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang zhalim.(106)
Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat
menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu,
maka tak ada yang dapat menolak karuniaNya. Dia memberikan kebaikan itu kepada
siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah Yang Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Yunus : 106-107).
Berdoa adalah ibadah[10], maka orang yang berdoa memohon
kepada selain Allah (seperti kepada isi kubur, roh, orang yang dipatungkan dan
sebagainya) berarti adalah menyembahnya. Maka Syaikh As-Syinqithi dalam Tafsir
Adhwaaul Bayan menggolongkan lafadz zhalim dalam QS Yunus : 106 (jika kamu
berbuat (yang demikian), itu, maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk
orang-orang yang zhalim) itu artinya adalah kafir. Sebagaimana dalam QS Al
Baqarah : 254 dan QS Luqman : 13.
Kenyataan jauhnya praktek penyimpangan di kalangan Ummat
Islam, tampaknya semakin menjadi-jadi, sedangkan secara jumlah pun semakin
berkembang subur.Perlu kita tengok, gejala buruk ini mesti ada pemicunya, bahkan
mungkin ada penggeraknya.Kita tengok ke-sepuluh tahun yang lalu, bagaimana
keadaan yang menggiring ke arah carut marutnya pemahaman dan pengamalan Ummat
Islam terhadap agamanya. Sebagai gambaran singkat, mari kita simak kutipan
berikut ini:
Dalam kata pengantar buku (Hartono Ahmad Jaiz) berjudul
Tasawuf, Pluralisme, dan Pemurtadan terbitan Pustaka Al-Kautsar 2001 di
antaranya ditulis:
“Perlu diingat, kalimah syahadat pun diacak-acak Nurcholish
Madjid dengan cara menerjemahkannya menjadi Tiada tuhan (t kecil) selain Tuhan
(T besar). Sedang lafal Assalamu’alaikum diinginkan Gus Dur untuk diganti
dengan selamat pagi.Kuburan pun diberi istilah “keramat” entah oleh siapa, yang
kandungannya rawan syirik. Lalu Gus Dur menghidupkan Sunnah Sayyi’ah (jalan
keburukan) tentang pengeramatan itu dengan menghadiri kuburan Joko Tingkir di
Lamongan Jawa Timur yang tak banyak dikenal orang, akibatnya praktek rawan
kemusyrikan itu marak kembali sejak Juli 1999. (Tulisan ini bukan berarti anti
ziarah kubur, namun dalam hal ini jelas kaitannya dengan pengeramatan kuburan
yang jelas mengandung kerawanan syirik).Sementara itu pihak Nasrani lewat
Nehemia-nya mengacak-acak Islam dengan menyebarkan lembaran-lembaran yang
disebut “Dakwah Ukhuwah” padahal isinya memutar balikkan ayat-ayat Al-Quran dan
Al-Hadits.”(Kata Pengantar buku Hartono Ahmad Jaiz, berjudul Tasawuf,
Pluralisme, dan Pemurtadan terbitan Pustaka Al-Kautsar 2001).
Wahai saudaraku –semoga Allah
merahmati Anda-, dari keadaan ditulisnya peristiwa itu hingga kini jaraknya hanya
dalam masa sepuluhan tahun, tetapi ternyata perusakan agama itu sudah sedemikan
dahsyat dampaknya. Di antaranya:
1. Pluralisme agama yang bahasa
Islamnya adalah kemusyrikan baru (namun karena istilahnya tidak diambil dari
istilah Islam maka Ummat Islam tidak faham) sudah merambah ke mana-mana.
Sampai-sampai diselenggarakan perayaan lintas agama di Senayan Jakarta, Ahad 06
Februari 2011, bahkan tokoh utamanya adalah ketua umum Muhammadiyah Din
Syamsuddin dan direncanakan akan didatangkan 10.000-an orang dari berbagai
agama. Acara itu disertai pula doa bersama antar agama, yang tentu saja hal itu
sama sekali tidak sesuai dengan Islam. Sebagaimana telah berlangsung acara yang
mengagetkan, apa yang disebut haul memperingati kematian Gus Dur tahun pertama Desember
2010 diadakan doa bersama antar agama
dan tahlilan serta yasinan di gereja di Jombang. Itu di samping acara
lainnya, haul Gus Dur disertai tahlilan
dengan diadakan pula arak-arakan barongsai dari keyakinan Konghucu Cina.
(innalillahi wainnailaihi raaji’uun
-red)
2. Kubur-kubur yang dikeramatkan pun semakin mengkristalkan
sikap mengagungkan yang luar biasa, hingga satu kuburan keramat di Tanjung
Priok Jakarta (kuburan Mbah Priok) mampu mengerahkan pembela-pembelanya sampai
ribuan orang dan ada yang masih dibawah umur (atau anak-anak). Bahkan
memperjuangkan entitasnya seolah seperti berjihad dalam agama, ketika membela
kuburan yang mereka anggap keramat. (lihat buku Pendangkalan Akidah Berkedok
Ziarah di Balik Kasus Kuburan Keramat Mbah Priok).
Demikianlah di antara fenomena ghuluw terhadap kuburan orang sholeh,
bahkan seiring berjalannya waktu, ghuluw
tersebut tidak hanya ditujukan kepada orang-orang yang benar-benar sholeh, akan
tetapi dapat kita saksikan yang ada di sekitar kita yaitu di Indonesia
bahwasannya orang-orang yang dianggap sholeh itu semasa hidupnya juga dekat
dengan kesyirikan dan berbagai penyimpangan. Wallahu a’lam.
Sungguh sesuai jika di sini
dinukilkan sedikit dari sya’ir al-‘Allamah Sulaiman bin Sahman rohimahullohu, dia mengungkapkan :
Millah Ibrahim telah ditinggalkan,
tidak ada berbekas sama sekali dan ia pun tidak memiliki lagi tanda-tanda.Agama itu telah sirna di hadapan
kita. Bagaimana tidak?Sungguh, bagaikan debu diterpa angin dari segala penjuru.Agama
itu hanyalah kecintaan, kebencian, dan kesetiaan, serta pelepasan diri dari
setiap orang yang sesat dan berdosa.Tidak ada lagi orang yang beribadah
berpegang teguh dengan millah putera Hasyim, Nabi yang berasal dari Mekkah.
Sementara, kita tidak memandang apa yang menimpa dien dan memupus agama yang lurus ini sebagai suatu bencana. Kita sedih atas kelalaian kita dan memohon kepada Allah agar mengampuni dosa-dosa besar.
Sementara, kita tidak memandang apa yang menimpa dien dan memupus agama yang lurus ini sebagai suatu bencana. Kita sedih atas kelalaian kita dan memohon kepada Allah agar mengampuni dosa-dosa besar.
Kita pun mengadukan
kepada-Nya hati-hati yang telah membatu, dan ternista oleh berbagai maksiat.
Bukankah bila kita kedatangan orang yang lalim yang berlumuran dengan noda-noda
ahli syirik, kita pun bersenang hati menghaturkan salam penghormatan dan
sanjungan, serta bersegera menyajikan hidangan. Rasululloh al-Ma’shum berlepas
diri dari setiap Muslim yang menetap di negeri syirik tanpa melakukan
pemutusan.Namun, akal kita hanya mencari kehidupan duniamau menerima setiap
ahli maksiat lagi pendosa.Jika yang demikian itu berlangsung pada zamannya,
lalu bagaimana yang terjadi pada zaman sekarang ini? Kita memohon kepada Allah
keselamatan bagi kita dan kaum muslimin di dunia dan di akhirat[11].
Jalan yang benar adalah agama yang dibawa Muhammad ShallAllahu’alaihi wa Sallam,
sedangkan jalan yang sesat adalah agama Abu Jahal. Sementara ‘urwatul wutsqaa
(ikatan yang paling kuat) adalah syahadat bahwa tidak ada ilah yang berhak
diibadahi selain Allah. Syahadat yang mencakup nafi (peniadaan) dan itsbat
(penegasan), menafikan segala macam ibadah selain kepada Allah, dan menegaskan
bahwa segala macam ibadah –secara keseluruhan- hanya bagi Allah semata, tidak
ada sekutu bagi-Nya.[12]
Akhirnya, segala puji bagi Allah Rabbul ‘Alamin, shalawat
dan salam semoga terlimpah kepada Nabi kita, Muhammad ShallAllahu’alaihi wa Sallam, keluarganya, dan para shahabatnya.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Syirik yaitu kepercayaan terhadap suatu benda yang mempunyai
kekuatan tertentu atau juga mempercayai hal-hal selain Allah Swt. Orang yang
mempercayai hal tersebut dinamakan Musyrik.Sedangkan orang musyrik itu adalah orang
yang mempersekutukan.
Pengertian Musyrik menurut istilah yaitu orang yang
menyembah dan mengakui adanya Tuhan selain Allah atau menyamakan sesuatu dengan
Allah, baik Zat, Sifat, ataupun perbuatan-Nya.
Sikap syirik dapat merusak, bahkan dapat menggugurkan aqidah
Islam.Oleh karena itu, kita harus berhati-hati jangan sampai gerak hati,
ucapan, dan perbuatan kita terbawa kedalam kemusyrikan.Sebab ada syirik kecil
dan syirik besar.Syirik kecil dapat berubah menjadi syirik besar.
Saran
Kalau kita mencermati keadaan
masyarakat kaum muslimin saat ini, sungguh akan kita dapatkan, begitu banyaknya
mereka yang telah terjatuh dalam kesesatan dan kesyirikan ini. Bisa jadi karena
kebodohan mereka terhadap agama ini, ataupun karena kesombongan dan penolakan
mereka terhadap kebenaran.Jadi, kita berharap masyarakat dapat lebih pintar
dalam memahami kebudayaan agar tidak tersesat dan menjadi syirik.
DAFTAR PUSTAKA
Subhani, Ja’far, Tauhid Dan
Syirik, (Bandung: Mizan, 1996).
Wahhab, Muhammad Bin Abdul, Tegakkan
Tauhid Tumbangkan Syirik, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000).
Tim Penyusun, Akidah Akhlak
al-Hikmah, (Surabaya: Akik Pusaka, 2008).
Footnote:
[1]Khud ‘aqiidataka hlm. 14-15
[2] Khud ‘aqiidataka hlm.14
[3] Al Waajibaat hlm. 8
[4]Dirujuk dari (http://aqidah-wa-manhaj.blogspot.com/search?q=ghuluw) atau (http://bahaya-syirik.blogspot.com)
[5] Syarah Kitab Tauhid Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab at-Tamimi, pensyarah Syaikh Shalih bin Abdul Aziz Alu Syaikh, hlm.122-129
[6] Kitab Al Mindzooru hlm. 12
[7] Buku ‘Hal-hal yang Wajib Diketahui Setiap Muslim’ hlm.302
[8] Syarah Kitab Tauhid Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab at-Tamimi, pensyarah Syaikh Shalih bin Abdul Aziz Alu Syaikh, hlm. 130-139
[9] Dirujuk dari (http://www.nahimunkar.com/gejala-buruk-pengkeramatan-kuburan/..)
[10] Khud ‘aqiidataka hlm. 15-16
[11] Dikutip dari Buku ‘Hal-hal yang Wajib Diketahui Setiap Muslim’ dengan sedikit perubahan.
[12] Al Waajibaat hlm. 13
[1]Khud ‘aqiidataka hlm. 14-15
[2] Khud ‘aqiidataka hlm.14
[3] Al Waajibaat hlm. 8
[4]Dirujuk dari (http://aqidah-wa-manhaj.blogspot.com/search?q=ghuluw) atau (http://bahaya-syirik.blogspot.com)
[5] Syarah Kitab Tauhid Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab at-Tamimi, pensyarah Syaikh Shalih bin Abdul Aziz Alu Syaikh, hlm.122-129
[6] Kitab Al Mindzooru hlm. 12
[7] Buku ‘Hal-hal yang Wajib Diketahui Setiap Muslim’ hlm.302
[8] Syarah Kitab Tauhid Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab at-Tamimi, pensyarah Syaikh Shalih bin Abdul Aziz Alu Syaikh, hlm. 130-139
[9] Dirujuk dari (http://www.nahimunkar.com/gejala-buruk-pengkeramatan-kuburan/..)
[10] Khud ‘aqiidataka hlm. 15-16
[11] Dikutip dari Buku ‘Hal-hal yang Wajib Diketahui Setiap Muslim’ dengan sedikit perubahan.
[12] Al Waajibaat hlm. 13
0 komentar:
Post a Comment